Kamis, 28 Mei 2020

MENULIS OPINI DI MEDIA CETAK






Belajar Menulis Gelombang  10
Pertemuan 14  : Kamis 14Mei  2020
Waktu             : Pukul 13.00 – 15.00 WIB
Pemateri          : Asep Safaat
Topik               : Menulis Opini di Media cetak
Peresume        : Yudi Heriana Tantri, M.Pd.

Bismillahirrahmannirahim
Ya Allah...
Kuhaturkan rasa erima kasih atas segala berkat, nikmat dan karuniaMu yang indah ini...
Jadikanlah setiap gerak dan langkahku selalu membawa berkah dan kebaikan bagi semua orang
Mudahkanlah setiap urusan kami dihari ini...
Bukakanlah pintu rezeki untuk kami semua...
Dan jadikan sisa umurku penuh dengan keberkahan dan selalu dalam ridhoMu...

Lindungilah kami, orang tua kami, saudara2 kami dan anak cucu kami serta sahabat2 kami dengan kasih sayangMu... Sesungguhnya hidup dan mati kami hanya karenaMu
Aamiin Yaa Rabbal 'Aalaamiin
Guru selalu dipandang memiliki kemampuan diatas rata-2 oleh karena itu seorang guru harus bisa menulis. Syarat utama untuk bisa menulis adalah rajin membaca. Sebab menulis dan membaca adalah dua kegiatan yang tidak bisa dipisahkan oleh seornag guru.
Menulis dan membaca merupakan kegiatan menjadi kebutuhan penting bagi guru yang ingin anak didik dan bangsanya menjadi maju.
Oleh sebab itu menulis dan membaca harus dipaksakan agar menjadi sebuah kebiasaan. Apabila sudah terbiasa, maka dengan sangat mudah bagi seorang guru mencapai suatu tujuan terutama dalam hal menulis baik itu menulis koran maupun menulis karya lmiah.
Tujuan uatama guru adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu mari sejak saat ini kita berjuang untuk banyak membaca dan berlatih menulis setiap hari agar apa yang menjadi tujuan utama sebagai guru dapat segera terwujud. Kebiasaan yang baik harus terus dilakukan, maka kegiatan literasi di semua sekolah akan berjalan dengan baik. Sebagai contoh : Guru kencing berdiri. Murid kencing berlari. Keteladan seorang guru adalah salah satu kunci agar bangsa ini bisa maju.
Diawali dengan penjelasan tentang mengikat makna. Istilah mengikat makna dipopulerkan oleh almarhum Hernowo. Segala hal yang berkaitan dengan aktivitas menulis sebagai cara untuk memaknai hal-hal yang bisa kita lihat, dengar, rasakan, renungi.
Setiap orang memiliki hambatan menulis yang berbeda-beda.Ada hambatan yang disebabkan kesulitan mengalirkan gagasan, ada juga karena faktor mood, ada pula yang disebabkan karena faktor penguasaan bahasa serta keterampilan menulis. Namun hakikatnya, setiap diri kita bisa menulis jika konsisten mau belajar. Hal yang paling mudah ditulis adalah sesuatu yang dekat dengan diri kita.
Sebelum dapat mempublikasikan tulisan di media masa, yang pertama adalah belajar menulis di buku harian. Menulis di buku harian adalah cara ampuh untuk membangun kepercayaan diri untuk menuangkan gagasan dan ide-ide kita.
Berikut ini merupakan ranah dan jenis tulisan yang mungkin sudah tak asing bagi Bapak dan Ibu guru hebat.
Berdasarkan kajian salah satu guru menulis sifat tulisan terbagi ke dalam 4 sifat, yaitu:
1.   Pribadi tertutup, yakni tulisan bersifat sangat pribadi dan cenderung dirahasiakan agar tidak dibaca atau terbaca oleh orang lain. Tulisan ini biasanya berupa diari, surat-surat pribadi, ataupun catatan-catatan rahasia yang dialami oleh penulis.
2.   Pribadi terbuka, yakni tulisan bersifat pribadi ataupun sangat pribadi, tetapi dibiarkan ataupun disengaja untuk dibaca orang lain. Tulisan semacam ini muncul akibat perkembangan teknologi informasi, terutama di dunia internet.Tulisan-tulisan di blog, situs, ataupun media sosial cenderung banyak yang bersifat pribadi, subjektif, dan kadang malah dibuat sesuka hati.
3.   Publik terbatas, yakni tulisan yang ditujukan untuk konsumsi orang banyak, tetapi dalam lingkup terbatas, misalnya lingkup komunitas, lingkup keagamaan, ataupun lingkup sesama teman yang saling kenal.
4.   Publik terbuka, yakni tulisan yang ditujukan untuk konsumsi orang banyak secara terbuka dan luas meskipun menyasar pada segmen pembaca tertentu. Tulisan ini bebas dibaca siapa pun yang berminat.
Berikutnya adalah sifat menentukan untuk siapa tulisan tujukan. Pada sifat pertama Bapak Ibu menulis, tetapi hanya Bapak Ibu sendiri yang membacanya. Sifat 2, 3, dan 4 adalah tulisan yang ditujukan untuk publik sehingga Anda perlu menimbang tujuan penulisan dan pembaca sasaran.
Nah menurut Bapak Ibu, menulis di media masa termasuk sifat tulisan yang mana?
Sebelum bicara lebih teknis untuk membuat tulisan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar tulisan kita memiliki ruh atau jiwanya. Menurut Fauzil Adhim, ada 6 aspek yang harus dikembangkan agar tulisan kita memiliki jiwa.
Tulisan akan memiliki jiwa saat penulis memiliki visi hidup (cita-cita dan harapan), melibatkan emosi saat menulis, luas wawasannya (banyak membaca, berdiskusi, jalan-jalan), berbagi pengalaman hidup nyata yang pernah dialami, menggunakan nalar atau logika yang tepat, dan tulisan sebagai hasil perenungan yang mendalam tentang apapun yang akan ditulis.
Merevisi: Membuat Tulisan Lebih Baik
1.   Membaca ulang naskah secara keseluruhan sambil menandai bagian yang kurang jelas atau kurang tepat
2.   Menimbang bahan yang harus dibuang karena kurang relevan
3.   Menimbang bahan lain yang dapat memperkaya tulisan
Menyusun draf
1.   Menulis bebas
2.   Memasukkan bahan yang relevan dengan pengalaman diri, pengalaman orang lain, latar belakang ilmu dan pengetahuan yang dimiliki
3.   Memasukkan data dan fakta
4.   Mengembangkan gaya penulisan yang tepat sesuai pembaca sasaran
Menyunting: Memastikan Tidak Ada Kesalahan
Memperbaiki tulisan dari aspek tata bahasa, ketelitian data dan fakta, kesantunan. Tak boleh ada kesalahan elementer.
Menerbitkan
Menentukan publikasi tulisan pada media yang tepat serta pembaca yang tepat.Bapak Ibu dapat memilih media daring atau media cetak.
Di luar teknis menulis yang disampaikan di atas, faktor nonteknis seperti disiplin menulis, tak pantang menyerah mengirimkan tulisan ke media meski sering ditolak dan tak dimuat, juga tak berhenti belajar meningkatkan keterampilan menulis.
Faktor nonteknis juga sangat mempengaruhi dalam hal memuat opini. Agar tulisan kita dapat dimuat di media massa, biasanya kita juga mendapatkan informasi dan masukan dari para redaktur agar kualitas tulisan lebih baik dan potensial dimuat di media cetak.

Dalam menulis opini agar bisa dimuat di media cetak adalah : Harus   sensitif dengan momentum yg akan terjadi,  misal, 10 hari lagi merupakan Idul Fitri, Hari Pahlawan Nasional mulai sekarang kita mulai menyiapkan bahan gagasan, tentukan ide yang akan ditulis, dan tuliskan dan kirimkan tulisannya paling lambat sehari sebelum Hari H.

Menulis secara konsisten dulu di buku harian atau personal blog yang bersifat pribadi. Nanti setelah mulai percaya diri, publikasikan tulisan kita. Jangan pernah merasa takut untuk mendapat kritikan dan masukan dari pembaca terhadap tulisan kita. Karena justru hal tersebut bisa menjadi cermin untuk kita terus meningkatkan kualitas tulisan.
Syarat paling utama adalah ide orisinal dan menarik, data dan fakta yang disajikan sahih, tata bahasa baik, dan sesuai dengan kriteria dari redaktur media cetak, Pak.
 Tuliskan sesuatu yang benar-benar pernah dialami oleh diri sendiri. Memulai kata pertama dan menutup kata terakhir.
Diluar teknis menulis yang disampaikan di atas, faktor nonteknis seperti disiplin menulis, tak pantang menyerah mengirimkan tulisan ke media meski sering ditolak dan tak dimuat, 
Apa saja yg menyebabkan tulisan sering di tolak media masa dan bagaimana cara menulis yg bisa diterima media masa : Tulisan yang pasti ditolak media adalah yang tidak mengikuti kaidah yang sudah ditetapkan media. Misal, menulis sesuatu yang bersifat SARA, gagasan terlalu umum, batas maksimal karakter tak diindahkan oleh kita.
Setiap media cetak punya kebijakan sendiri terkait standar tulisan yang akan mereka terima. Kita harus pelajari secara cermat rubrik-rubrik yang ada di setiap media cetak agar kita bisa tepat memilih media mana untuk menerbitkam tulisan kita.
Ada beberapa pendekatan saat menulis. Ada yang langsung menetapkan judul, lalu membuat tulisan.Tetapi ada juga yang sebaliknya, buat tulisan dulu untuk menguraikan idenya, judul bagian terakhir.
Hambatan paling mendasar dalam menulis adalah sulit mengalirkan gagasan karena gagasan yang mau diungkapkan belum jelas. Persoalan lainnya, kita kekurangan bahan untuk menunjang penyelesaian tulisan kita. Hal lain yang juga kerap terjadi, saat menulis, kita menempatkan diri dalam 2 peran sekaligus sebagai penulis juga editor. Saat menulis, lalu diedit, kita berhenti. Balik lagi ke awal. Terus terjadi seperti itu.Alhasil gagasan kita lewat tulisan tak selesai-selesai. Itu pengalaman pribadi dan masih juga terjadi pada diri saya.


Kesimpulan:
1.      Dengan konsisten menulis baik buku maupun menulis secara personal blog yang bersifat pribadi bisa menjadi cermin untuk terus meningkatkan kualitas tulisan.
2.      Adapun syarat utama dalam menulis yang baik adalah ide orisinal dan menarik, data dan fakta yang disajikan sahih, tata bahasa baik, dan sesuai dengan kriteria dari redaktur media cetak.
3.      Hal paling mendasar dalam tulisan opini adalah tata bahasa baku dan pemilihan diksi yang bermakna lugas dan tepat sasaran .
4.      Konsisten  dalam menulis, bonus akan mengalir dengan sendirinya.






Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar