Belajar Menulis Gelombang 10
Pertemuan 14 : Kamis 14Mei
2020
Waktu : Pukul 13.00 – 15.00 WIB
Pemateri : Asep Safaat
Topik : Menulis Opini di Media cetak
Peresume :
Yudi Heriana Tantri, M.Pd.
Bismillahirrahmannirahim
Ya
Allah...
Kuhaturkan rasa erima
kasih atas segala berkat, nikmat
dan karuniaMu yang indah ini...
Jadikanlah
setiap gerak dan langkahku selalu membawa berkah dan kebaikan bagi semua orang
Mudahkanlah
setiap urusan kami dihari ini...
Bukakanlah
pintu rezeki untuk kami semua...
Dan
jadikan sisa umurku penuh
dengan keberkahan dan selalu dalam ridhoMu...
Lindungilah
kami, orang tua kami, saudara2 kami dan anak cucu kami serta sahabat2 kami dengan
kasih sayangMu... Sesungguhnya hidup dan mati kami hanya karenaMu
Aamiin
Yaa Rabbal 'Aalaamiin
Guru
selalu dipandang memiliki kemampuan diatas rata-2 oleh
karena itu seorang guru harus bisa menulis. Syarat utama untuk bisa menulis adalah rajin
membaca. Sebab menulis dan membaca adalah dua
kegiatan yang tidak bisa dipisahkan
oleh seornag guru.
Menulis dan membaca merupakan kegiatan menjadi kebutuhan penting
bagi guru yang ingin anak didik dan bangsanya
menjadi maju.
Oleh sebab itu menulis dan membaca harus
dipaksakan agar menjadi sebuah kebiasaan. Apabila sudah terbiasa, maka dengan sangat mudah bagi seorang guru mencapai suatu
tujuan terutama dalam hal menulis baik itu menulis koran maupun menulis karya
lmiah.
Tujuan uatama guru adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa. Untuk itu mari sejak
saat ini kita berjuang untuk banyak membaca dan berlatih menulis
setiap hari agar apa yang
menjadi tujuan utama sebagai guru dapat segera terwujud. Kebiasaan yang baik harus terus dilakukan, maka kegiatan
literasi di semua sekolah akan berjalan dengan baik. Sebagai contoh : Guru kencing berdiri.
Murid kencing berlari. Keteladan
seorang guru adalah salah satu kunci agar bangsa ini bisa maju.
Diawali
dengan penjelasan tentang mengikat makna. Istilah
mengikat makna dipopulerkan oleh almarhum
Hernowo. Segala hal yang berkaitan dengan aktivitas menulis sebagai cara
untuk memaknai hal-hal yang bisa kita lihat, dengar, rasakan, renungi.
Setiap orang memiliki hambatan menulis
yang berbeda-beda.Ada hambatan yang disebabkan kesulitan mengalirkan gagasan,
ada juga karena faktor mood, ada pula yang disebabkan karena faktor penguasaan
bahasa serta keterampilan menulis. Namun
hakikatnya, setiap diri kita bisa menulis jika konsisten mau belajar. Hal yang paling mudah ditulis adalah
sesuatu yang dekat dengan diri kita.
Sebelum dapat mempublikasikan tulisan di
media masa, yang pertama adalah belajar
menulis di buku harian. Menulis di buku harian adalah cara ampuh untuk
membangun kepercayaan diri untuk menuangkan gagasan dan ide-ide kita.
Berikut ini merupakan ranah dan jenis
tulisan yang mungkin sudah tak asing bagi Bapak dan Ibu guru hebat.
Berdasarkan kajian salah satu guru menulis
sifat tulisan terbagi ke dalam 4 sifat, yaitu:
1.
Pribadi tertutup, yakni tulisan bersifat
sangat pribadi dan cenderung dirahasiakan agar tidak dibaca atau terbaca oleh
orang lain. Tulisan ini biasanya berupa diari, surat-surat pribadi, ataupun
catatan-catatan rahasia yang dialami
oleh penulis.
2.
Pribadi terbuka, yakni tulisan bersifat
pribadi ataupun sangat pribadi, tetapi dibiarkan ataupun disengaja untuk dibaca
orang lain. Tulisan semacam ini muncul akibat perkembangan teknologi informasi,
terutama di dunia internet.Tulisan-tulisan di blog, situs, ataupun media sosial
cenderung banyak yang bersifat pribadi, subjektif, dan kadang malah dibuat
sesuka hati.
3.
Publik terbatas, yakni tulisan yang
ditujukan untuk konsumsi orang banyak, tetapi dalam lingkup terbatas, misalnya
lingkup komunitas, lingkup keagamaan, ataupun lingkup sesama teman yang saling
kenal.
4.
Publik terbuka, yakni tulisan yang
ditujukan untuk konsumsi orang banyak secara terbuka dan luas meskipun menyasar
pada segmen pembaca tertentu. Tulisan ini bebas dibaca siapa pun yang berminat.
Berikutnya
adalah sifat
menentukan untuk siapa tulisan tujukan. Pada
sifat pertama Bapak Ibu menulis, tetapi hanya Bapak Ibu sendiri yang
membacanya. Sifat 2, 3, dan 4 adalah tulisan yang ditujukan untuk publik
sehingga Anda perlu menimbang tujuan penulisan dan pembaca sasaran.
Nah menurut Bapak Ibu, menulis di media
masa termasuk sifat tulisan yang mana?
Sebelum bicara lebih teknis untuk membuat
tulisan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar tulisan kita
memiliki ruh atau jiwanya. Menurut Fauzil Adhim, ada 6 aspek yang harus
dikembangkan agar tulisan kita memiliki jiwa.
Tulisan akan memiliki jiwa saat penulis
memiliki visi hidup (cita-cita dan harapan), melibatkan emosi saat menulis,
luas wawasannya (banyak membaca, berdiskusi, jalan-jalan), berbagi pengalaman
hidup nyata yang pernah dialami, menggunakan nalar atau logika yang tepat, dan
tulisan sebagai hasil perenungan yang mendalam tentang apapun yang akan
ditulis.
Merevisi:
Membuat Tulisan Lebih Baik
1.
Membaca ulang naskah secara keseluruhan
sambil menandai bagian yang kurang jelas atau kurang tepat
2.
Menimbang bahan yang harus dibuang
karena kurang relevan
3.
Menimbang bahan lain yang dapat
memperkaya tulisan
Menyusun
draf
1.
Menulis bebas
2.
Memasukkan bahan yang relevan dengan
pengalaman diri, pengalaman orang lain, latar belakang ilmu dan pengetahuan
yang dimiliki
3.
Memasukkan data dan fakta
4.
Mengembangkan gaya penulisan yang tepat
sesuai pembaca sasaran
Menyunting:
Memastikan Tidak Ada Kesalahan
Memperbaiki
tulisan dari aspek tata bahasa, ketelitian data dan fakta, kesantunan. Tak boleh ada kesalahan elementer.
Menerbitkan
Menentukan
publikasi tulisan pada media yang tepat serta pembaca yang tepat.Bapak Ibu
dapat memilih media daring atau media cetak.
Di luar teknis menulis yang disampaikan di
atas, faktor nonteknis seperti disiplin menulis, tak pantang menyerah
mengirimkan tulisan ke media meski sering ditolak dan tak dimuat, juga tak
berhenti belajar meningkatkan keterampilan menulis.
Faktor
nonteknis juga sangat
mempengaruhi dalam hal memuat opini. Agar tulisan kita dapat dimuat di media massa, biasanya
kita juga
mendapatkan
informasi dan masukan dari para redaktur agar kualitas tulisan lebih baik dan
potensial dimuat di media cetak.
Dalam menulis
opini agar bisa dimuat di media cetak adalah : Harus sensitif dengan momentum yg akan terjadi, misal, 10
hari lagi merupakan Idul Fitri, Hari
Pahlawan Nasional mulai sekarang kita mulai menyiapkan bahan
gagasan, tentukan ide yang akan ditulis, dan tuliskan dan kirimkan tulisannya
paling lambat sehari sebelum Hari
H.
Menulis secara
konsisten dulu di buku harian atau personal blog yang bersifat
pribadi. Nanti setelah mulai percaya diri, publikasikan
tulisan kita. Jangan pernah merasa
takut untuk mendapat kritikan dan masukan dari pembaca terhadap
tulisan kita. Karena justru hal
tersebut bisa menjadi cermin untuk kita terus meningkatkan kualitas tulisan.
Syarat paling utama adalah ide orisinal
dan menarik, data dan fakta yang disajikan sahih, tata bahasa baik, dan sesuai
dengan kriteria dari redaktur media cetak, Pak.
Tuliskan sesuatu yang benar-benar pernah
dialami oleh diri sendiri. Memulai
kata pertama dan menutup kata terakhir.
Diluar teknis
menulis yang disampaikan di atas, faktor nonteknis seperti disiplin menulis,
tak pantang menyerah mengirimkan tulisan ke media meski sering ditolak dan tak
dimuat,
Apa
saja yg menyebabkan tulisan sering di tolak media masa dan bagaimana cara
menulis yg bisa diterima media masa : Tulisan
yang pasti ditolak media adalah yang tidak mengikuti kaidah yang sudah ditetapkan
media. Misal, menulis sesuatu yang bersifat SARA,
gagasan terlalu umum, batas maksimal karakter tak diindahkan oleh kita.
Setiap media cetak punya kebijakan sendiri
terkait standar tulisan yang akan mereka terima. Kita harus pelajari secara cermat rubrik-rubrik
yang ada di setiap media cetak agar kita bisa tepat memilih media mana untuk
menerbitkam tulisan kita.
Ada beberapa pendekatan saat menulis. Ada yang langsung menetapkan judul, lalu
membuat tulisan.Tetapi ada juga yang sebaliknya, buat tulisan dulu untuk
menguraikan idenya, judul bagian terakhir.
Hambatan paling mendasar dalam menulis adalah sulit mengalirkan gagasan
karena gagasan yang mau diungkapkan belum jelas. Persoalan
lainnya, kita kekurangan bahan untuk menunjang penyelesaian tulisan kita. Hal
lain yang juga kerap terjadi, saat menulis, kita menempatkan diri dalam 2 peran
sekaligus sebagai penulis juga editor. Saat menulis, lalu diedit, kita
berhenti. Balik lagi ke
awal. Terus terjadi seperti itu.Alhasil gagasan
kita lewat tulisan tak selesai-selesai. Itu
pengalaman pribadi dan masih juga terjadi pada diri saya.
Kesimpulan:
1. Dengan konsisten menulis
baik buku maupun menulis secara personal blog yang
bersifat pribadi bisa menjadi cermin untuk terus meningkatkan kualitas tulisan.
2. Adapun syarat utama dalam menulis yang baik adalah ide
orisinal dan menarik, data dan fakta yang disajikan sahih, tata bahasa baik,
dan sesuai dengan kriteria dari redaktur media cetak.
3. Hal
paling mendasar dalam
tulisan opini adalah tata bahasa baku dan pemilihan diksi yang bermakna lugas dan tepat sasaran .
4. Konsisten dalam menulis,
bonus akan mengalir dengan sendirinya.
0 komentar:
Posting Komentar