Belajar
Menulis Gelombang 10
Pertemuan 5 : Senin 4 Mei
2020
Waktu : Pukul 13.00 – 15.00 WIB
Pemateri : Bpk. Drs. Ukim
Komarudin, M.Pd
Topik : Penulis Buku Guru Juga Manusia, materi
“Pengalaman menulis di Penerbit mayor.”
Peresume : Yudi Heriana Tantri, M.Pd.
Siang ini kita akan
mendapatkan tambahan pengetahuan dan pengalaman dari bapak Ukim Komarudin. Saya
sangat berterima kasih kepada panitia yang telah memberikan kesempatan kepada
saya untuk berbagi. Saya masih belajar. Jadi mohon maaf apabila yang saya
sampaikan sederhana. Semangat berbagi yang menyebabkan saya berani berbagi
dalam kesempatan seperti ini. mohon doanya, semoga bermanfaat.
Pertama, saya berpikir,
menulis merupakan ekspresi pribadi saya. Oleh karena itu, saya merasa sangat
penting agar saya memiliki tempat mencurahkan segala kegelisahan atau apapun
bentuknya. Lalu saya menemukan menulis adalah sarana yang tepat buat saya. Saya
tak pernah merasa khawatir, terkait dengan kualitas tulisan saya. Saya juga
tidak perduli dengan ragam atau apa yang
menjadi trend di masyarakat. Pokoknya menulis. Menulis adalah kebutuhan. Saya
merasa menemukan lebih tentang "saya" dengan menulis. Demikian hal
itu terus berjalan hingga jika tidak dilakukan seperti ada sesuatu yang hilang.
Demikianlah saya menulis dengan jujur, sejujur-jujurnya. Apa adanya.
Selain menulis apa
adanya, saya pun menulis apa saja. Karena saya guru, saya menulis terkait
pelajaran, beragam kegiatan berupa proposal, liputan kegiatan yang harus
dituliskan di majalah, dan menulis buku harian. Begitu setiap saat diisi oleh
menulis.
Hingga sampai suatu hari, tulisan-tulisan
itu mulai dilirik orang-orang terdekat, yang dalam hal ini teman-teman guru.
Satu dua teman berkomentar bahwa tulisan saya bagus. Istilah mereka, tulisan
saya emotif. Kata mereka juga, tulisan saya dapat membuat pembaca larut dalam
cerita. Ada juga yang mengatakan bahwa bahasa saya sederhana dan mudah dicerna
oleh pembaca. Ada juga yang mengaku bahwa sepenggaltulisan saya dapat dijadikan
ceramah atau kultum, dsb.
Karena komentar tersebut,
saya mencoba membukukan tulisan-tulisan saya yang selama ini merekam semua
kejadian karena saya memang senang membuat buku harian. Ada beragam kejadian,
tetapi tema besarnya, yang saya tuliskan merupakan pelajaran seorang dewasa
(guru) dari anak-anak "cerdas" yang menjadi siswanya. Oleh karena
tulisan itu beragam kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh, maka saya
menuliskan judul buku tersebut, "Menghimpun yang Berserak." Sebuah
usaha untuk mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam kehidupan yang
sangat bermanfaat bagi saya, dan semoga bermanfaat pula buat orang lain
(pembaca).
Demikianlah waktu itu,
saya yang kebetulan menjadi penanggung jawab penerbitan buku di sekolah
menyisipkan karya pribadi, selain karya bersama (berlima) menulis dan berupaya
buku mata pelajaran.
Mr. Bams dan teman-teman yang kreatif,
Saya diinterview terkait
dua bagian buku. Pertama, buku bersama yakni buku mata pelajaran. Kedua, buku
pribadi saya, "Menghimpun yang Berserak." Dalam kesempatan interview
itulah saya banyak mendapatkan pengetahuan terkait tips dan trik menerbitkan
buku.
Saya banyak mendapatkan
pelajaran menyangkut hal-hal yang tadinya tidak saya pikirkan. Pelajaran atau
informasi itu awalnya, membuat saya tidak nyaman karena menabrak prinsip
menulis saya. Umpamanya, "Apakah ketika
saya menulis buku"menghimpun yang Berserak" ini sudah memperkirakan
akan laku di pasaran?" Kalau sudah ada,
apakah buku saya punya nilai tambah sehingga pembaca melirik dan membeli
buku saya? Untuk kepentingan pasar, "Apakah saya bersedia apabila beberapa
hal terjadi penyesuaian (diganti)? dst. Terus terang, saya merasa kurang nyaman
dengan interview itu. Saya merasa diam-diam mulai "dipenjara". Inikan
ekspresi pribadi saya, mengapa orang lain bisa mengatur hal-hal yang sangat
privasi? Menyebalkan! Begitu, oleh-oleh pulang dari interview.
Jujur, ada jarak agak
lama berselang setelah kejadian itu. Saya menganggap perlu waktu untuk
menjernihkan pikiran. Untunglah manusia itu punya sahabat. Saya menceritakan
permasalahan yang saya rasakan kepada teman yang sudah menjadi penulis
"beneran". Hebatnya, beliau menceritakan bahwa pengalaman yang saya
dapatkan itu baik dan mestinya disyukuri. Ia kemudian menjelaskan tentang
proses menulis yang melibatkan tim agar tulisan yang kita buat sampai kepada
pembaca. Ia menyudutkan saya dengan mengatakan bahwa sikap saya menyebabkan
tulisan saya hanya untuk sendiri. kalau pun nanti ada yang membaca itu hanya
segelintir orang saja. Itu berarti, saya minimal dalam memberi manfaat buat
orang lain atau istilah lainnya saya egois.
Saya yang tersadar
mendapatkan ilmu pengetahuan lebi ketika beliau menjelaskan tentang tim yang
akan menyebabkan karya saya dapat dinikmati orang banyak. Beliau menjelaskan
bahwa yang menanyai saya itu mungkin editor. sebab, beliaulah garda depan yang
menentukan naskah itu layak diterbitkan atau sebaliknya. Menurut teman saya
itu, naskah saya sepertinya punya
potensi atau "layak" untuk diterbitkan. Tetapi sebagai pemula, karya
saya memang harus dipoles di sana sini.
Jika nanti naskah itu
bisa melewati editor, maka proses "menjadi" memang mengalami banyak
hal. Ada bagian gambar sampul, ilustrasi, photo jika diperlukan, tata letak,
dan lainnya. Yang jelas, semuanya merupakan tim saya. Kasarnya, semuanya akan
menyukseskan saya, begitu teman saya meyakinkan saya.
Oleh-oleh itulah yang
menyebabkan saya menindaklanjuti pertemuan dengan penerbit. Selain hal-hal yang
umum tentang buku mata pelajaran yang ditulis bersama, saya mengkhususkan
pikiran ke buku "Menghimpun yang berserak". Yang menenangkan, editor
menceritakan bahwa semua hal menangkut buku saya selalu dalam konfirmasi.
Artinya, semuanya akan terjadi jika saya setuju.
Demikianlah saya
menjelani proses, hingga akhirnya ada proses sebelum naik cetak, yang sangat penting dalam proses kreatif
saya, yakni menerima dami atau calon buku yang sama persis jika akhirnya bisa
dicetak. Saya gembira sekali menerima buku dami itu. Terus terang saking
gembiranya, saya menandatangi saja kontrak kerjasama tanpa membaca persentase
yang kelak saya terima. Diduga sikap itu bukan sembrono, tetapi karena memang
saya menulis bukan untuk hal tersebut.
Akhirnya, saya mendapat
konfirmasi ketika saya dapat kabar bahwa ada meeting terkait dengan terbitnya
buku saya. Pertama, saya menerima buku pribadi, kalau tidak salah jumlahnya
hanya 5 buku. Buku tersebut berstempel tidak diperjual belikan. Kedua, saya
diajak bicara terkait dengan teknis launching Buku "Menghimpun yang
Berserak". Ini soal bagaimana membuat buku saya laku. Saat itu saya sangat
bodoh dan kurang dapat memberikan masukan hyang berarti. Ketiga, saya
diberitahu bahwa penerbit menerbitkan jumlah yang diterbitkan pada penerbitan
pertama ini dan kurang lebih 6 bulan kemudian saya baru akan mendapat
royaltinya. Untuk tersebut juga saya tidak pandai memberi masukan.
Peran saya kemudian
adalah mengusahakan buku saya dapat dinikmati orang lain. Kala itu agak sulit
karena media sosial belum sedasyat sekarang. kebetulan saya pembicara, saya
berupaya menjual buku-buku saya pada kesempatan bicara tersebut.
Ada beberapa kejadian
menerbitkan buku kembali, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya hingga yang
menjelang terakhir buku, "Arief Rachman Guru". Semuanya mirip-mirip
pengalaman dengan penerbit. Kurang lebih, seperti itulahkira-kira. mohon maaf
apabila kurang lengkap. semoga dapat dilengkapi ketika nanti tanya jawab.
Pertanyaan saya akan
berikan kode P1 dan seterusnya, lalu Narasumber memberikan jawaban diakhiri
dengan chat baris terakhir dengan hurur N.
P1
Assalamu'alaikum. Saya Ratna Jumpa dari
Sigli Aceh, ingin menanyakan kepada Bapak, bagaimana kriteria layak atau tidaknya sebuah buku
dapat di terbitkan oleh penerbit terutama buku pelajaran. Trima kasih.
Ibu Ratna yang baik. Memang ada kriteria
yang dianggap layak untuk diterbitkan. Khususnya terkait buku mata pelajaran,
biasanya mereka mencari buku:
(1) menunjukkan
penggunaan pendekatan baru;
(2) lebih
lengkap;
(3) penulisnya
memang berkualifikasi luar biasa;
(4) Naskah
renyah (enak dibaca); dan diutakan dari hasil penelitian lembaga-lembaga
pendidikan terbaik.
P2
Assalamualaikum Om Ukim yang budiman,
perkenalkan saya Syukri dari SMAN UNGGUL Dharmaraya Padang, saya bertanya tentang
pengalaman om Ukim dalam tulis menulis:
1. Jeda berapa
lama tulisannya mulai di lirik.
2. Media apa t4
mempublish tulisan om pertama kali.
3. Gimana latar
belakang buku guru juga manusia sehingga bisa best seller, dan buku besy seller tsb brp exsemplar laku
dan brp oom dapat royalti dr buku tsb.(maaf agak privasi)
4. Dari awal
mulai om menulis sanpai sekarang, ada ndak berubah motivasi oom ukim dalam
menulis.
5. saat oom di
intervew sama siapa, dan apa hal yg sangat berkesan dari intervew tsb.
6. keseharian
om ukim seperti apa kesibukannya.
7. apakah buku
karya om ukim semua diterbitkan di mayor..
8. buku
mengumpulkan yg berserK tsb berapa naskah semu…
Om Syukri yang kreatif.
Paling lama 6 bulan. Jika tidak ada kabar. Berpindah ke lain hati (penerbit
lain) atau naskah direvisi ulang.
Saya menulis di buletin sekolah, kemudian
buletin pendidikan DKI, lalu buletin Diknas, dst.
Buku
Guru juga Manusia bisa terjual banyak karena bantuan publikasi media
sosial yang saaat itu sudah mulai menggejala. Untuk buku berikutnya, saya
mendapatkan berkah dari medsos itu.
Saya tipe penulis. Mungkin, lebih banyak
buku yang tidak saya terbitkan daripada yang saya terbitkan. Saya memang bukan
tipe pandai menjual ide. Saya senang menulis. Yang menarik buat saya tulis, ya
saya tulis. Tak peduli tak dilirik penerbit. Tapi Allah maha pengasih. Beberapa
sering dilirik penerbit dan jadi berkah buat keluarga.
Yang interview dari dulu
sampai kini sudah saya tahu. Pasti dia editor. Dialah penentunya. Saya sering
berdoa, dan ternyata sering benar, "Dia lebih pintar dari saya".
Minimal soal membuat buku saya laku di pasaran.
Semua buku berkesan. Dia seperti anak
saya. Dia ada yang berkembang dan bermakna bagi masyarakat luas. Ada juga yang
diam-diam hanya dibaca sahabat dekat ketika dia terpuruk di sudut kamarnya.
Semuanya saya syukuri. Ia lahir dari saya, saya bangga atas rezekinya.
P3
Assalamu’alaikum Mr. Bams. Mau tanya
kepada Pak Ukim Komarudin. Jika menulis di mayor di kasih waktu berapa lama
untuk menulis setelah menyetorkan judul atau setelah kontrak di berikan, apakah
setelah mendapat kontrak menulis di penerbit mayor, akan di tawari kerja sama
lagi setiap tahunnya?
Mohamad Soni Jombang
Pak Mohammad Soni yang
baik, ketika bertemu penerbit saya sudah bawa naskah utuh. Dari naskah itu kita
mulai bicara.
Saya sering diminta menulis terus oleh
beberapa penerbit karena beberapa buku saya yang dipergunakan di lembaga
pendidikan terbit terus. mungkin sekarang sudah jilid belasan. Masalahnya di pembagian waktu atau
prioritas. kelemahannya juga ada di saya. Pribadi saya kurang bisa kompromi.
Tapi percayalah, dari karya Bapak yang sungguh-sungguh akan ada tawaran
berikutnya. Masalahnya, Bapak berkenan membagi waktu dan prioritas?
P4
Saya ,Sri Budi Handayani dari Gresik mau
bertanya Bagaimana mengetahui gaya selingkung penerbit.
Ibu Sri, saya termasuk
orang yang nggak mau belajar tentang itu. Bisa terkuras energi kita jika
memikirkan hal itu. Itu sebabnya, saya menulis untuk diri saya. Jadi, ketika
itu jadi duit, alhamdulillah. Lalu, saya tak mendapat konfirmasi sekaligus
royalti, padahal di belakang saya mereka menerbitkan dan menjual buku saya.
Silakan. Makan tuh rezeki saya semoga jadi amal yangdipakai kebaikan. Saya
kurang suka dengan hal-hal yang diluar jangkauan saya
P5
Pertanyaan pertama, Saya dulu menulis
banyak novel,dan cerpen tapi tidak sampai klimaks sudah bosan. Bagaimana cara
mengatasi nya?
Pertanyaan kedua, saya suka menulis
novel.Tapi,kenapa saya terus mengulang ulang kesalahan yg sama.Misal tokoh
terlalu banyak,jalan cerita mudah ketebak,bagaimana cara mengatasi nya?
Pertanyaan ketiga, saya mempunyai asisten
penulis novel-->2 teman saya beda kelas dan teman saya satu kelas.Alasan
saya butuh asisten karena mereka sebelumnya pernah menulis novel di wattpad dan
menjadi suka menggambar.Sehingga diharapkan agar ceritaku bisa dilihat dari
sudut pandang bayak orang,tapi apakah langkah itu sudah betul?
Pertanyaan ke empat, karena banyak orang
yang membatu saya,apakah mereka disertakan dalam bagian abstrak/pengenalan
penulis,e…
Bapak siapa, ya? Diduga
Bapak salah memilih kategori ekspresi menulis. Bapak, Harus menempatkan diri
sesuai stamina dan kecenderungan Bapak. Ada tipe sprinter, maka pilih cerpen.
Kalau Marathon, pilih novel. Mungkin bertahap ya, pak. dari lari jarak pendek
karen latihan akhirnya bisa lari jarak jauh.
Ada yang disebut, Premis
(tema besar). Biasa terdiri atas satu paragraf. Hebatnya, ia adalah sebuah
headline yang memegang pergerakan ide, tokoh, dan alur cerita. Penulis hebat
memulia dari itu, Pak. Percayalah, jika tidak memulia dari situ, kemungkinannya
kalah tenaga, atau ngawur kemana-mana.
Saya tipe orang yang
sering menyembunyikan karaya jika belum final. Saya orang teater, pak. Saya
suka membuat kejutan dengan membina puncak-puncak cerita. termasuk di sini
kelahiran anak (karya) saya yang mengejutkan.
Permasalahan penulis
pemula sering serakah. Jadi penulis sekaligus editor. Akhirnya, nggak
jadi-jadi. Baru satu bab dikoreksi. Baru lima lembar disalahkan sendiri.
Tulis saja, nanti ada jurinya: diri
sendiri, teman penulis, dan akhirnya editor. Jika mereka menganggap tulisan
bapak nggal laku di pasaran, tapi Bapak bilang itu bagus tak apa. Ada suatu
masa yang dikatakan banyak orang jelek, saat itu malah dicari dan dibenarkan
orang.
Benar, Pak. Membaca yang
banyak dan siapa saja yang Bapak suka. Hebatnya, Tuhan Mahakreatif dan
Penyayang. Kita akan tumbuh menjadi diri sendiri tidak seperti Tere dan
lainnya. Memang ada sedikit unsur, seperti ... tapi dalam dunia imajinassi itu
sah. namanya terinspirasi oleh
P6
Nama : Makhmud, asal : Gempol Pasuruan. Boleh
tanya pak, Saya baru akan menulis buku, pengalaman bahan utk menulis sudah ada
akan tetapi memulai menulisnya kesulitan, bagaimana memulai menulis buku yang
bisa meyakinkan bagi penulis .
Pak Makhmud yang berani,
Mulailah menulis dengan membaca buku-buku yang diduga akan mirip ekspresi
bentukannya seperti buku yang akan Bapak buat. Ketika kita datang ke
perpustakaan atau toko buku, kita membaca untuk mendapatkan inspirasi.
kadang-kadang, saya membeli buku atas tujuan seperti itu, Pak.
Tentang meyakinkan memang
dimulai dari Bapak dahulu. kalau Bapak kurang yakin, celakanya pembaca juga
demikian. Mulailah banyak membaca karya-karya yang bagus yang menjadi minat
Bapak. Dari situ, bapak punya standar sendiri.
P7
Assalamu’alaikum. wr wb. saya hetty
setyoningrum dari smpn 1 kaloran temanggung, jawa tengah...ingin bertanya
adakah tips dan trik agar kita bisa menjadi penulis produktif yang layak
diterbitkan? bagaimana cara menumbuhkan rasa percaya diri dalam menulis (memulainya)?
terimakasih. wass.wr.wb
Sahabatku Hetty, penulis
yang baik memang pembaca yang baik. Banyak-banyaklah membaca sehingga akan
mampu menulis. Saya setuju dengan himbauan
menulislah setiap hari. Tapi tolong disertai membaca agar tulisan kita
berkualitas. Itu hukumnya, Het. Menulis
(produktif) pasokannya adalah membaca (receptif). Menulis saja. Dengarkan
respons dari sekitar. Kita memang membutuhkan orang yang membuat kita terlecut
menjadi lebih baik.
P8
Yulus Roma - Tana Toraja: Luar biasa
pengalamannya pak, pertanyaan saya, apakah gaya bahasa sehari-hari bapak
tertuang persis sama dengan gaya menulis di buku? Bagaimana mengolah bahasa
sehari-hari agar renyah dibaca orang?
Yulus yang baik, pada
akhirnya kita akan menjadi diri kita sendiri. Termasuk dalam hal karya. Yulus
akan menemukan warna, tipe, dan kekuatan sendiri dalam menulis. Ketika
teman-teman Yulus memuji tulisan Yulus, maka di saat itulah kualitas naik ke
permukaan. Teruskan dan pupuk kekuatan itu. Sampai kalau serpihan tulisan Bapak
terjatuh di jalanan, ada seorang teman yang mengatrakan kepada Anda bahwa ini
tulisan milik Anda. Kita akan bertanya, "kok tahu sih ini tulisan
saya?" Dia kan jawab, "Saya sudah hapal itu Gaya Yulus."
Teman-teman yang baik.
Ada kehebatan dari seorang penulis. Ia jelas ekspresinya. Ia juga punya daya
jangkau dakwah yang lebih luas dalam menebar kebaikan. Ia juga punya legacy
atau warisan untuk pertinggal jejak kebaikannya, yakni tulisannya. Menulislah,
setiap hari. karena anda akan menemukan kebahagiaan; menulis berarti kita
MENCIPTAKAN SEJUMLAH KEBAIKAN.
P9
Nama saya Fatma Eviana dari Pati. Mohon
pencerahan. Apakah menulis artikel atau menulis apa saja ada aturan urutan yg
ditentukan seperti menulis penulisan karya ilmiah? Jika memang ada mohon
penjelasan
P10
Assalamualaikum pak Ukim saya ingin sekali
tulisan saya sekarang dikelas menulis ini bisa dibukukan, namun tulisan saya,
dibaca sendiri aja, masih acak2 an baik bahasa maupun ejaan penulisannya.
Apakah tulisan saya itu bisa dibukukan? Bagaimana dengan bahasa dan ejaannya yg
belum sesuai ?
P11
Siang.. saya Kaswati dari SMKN 1 Nglegok
Blitar. Mau bertanya. Bagaimana langkah kita menulis buku pelajaran yang kita
ampu dan bagaimana trik trik jitu agar buku pelajaran yang kita buat bisa di
minati para pembaca utamanya kaum pelajar. Terimakasih
P12
Assalaamu'alaikum pak ukim. Saya sri
indayani dari Lamongan. Saya sedang menulis buku pelajaran yang didalamnya
banyak gambarnya, ttp sy hanya bisa menggambar sebatas kemampuan sy. Yg saya
tanyakan, apakah penerbit akan memperbaiki gambarnya jk bukunya diterima oleh
penerbit?
P13
Suminarsih, Pemalang. Dari Pengalaman
Bapak penerbit yang menawarkan untuk buku bapak diterbitkan. Untuk pemula tentu
harus penulis yg mengajukan proposal ke penerbit? Bagaimana prosesnya?
P14
Saya Candra dari Langkat-SUMUT, Pak.
Alhamdulillah sy sdh bc buku bpk menghimpun yang berserak. Karya yg luar biasa.
Yg mau saya tnyakn Pak, dominan nya apa hal yg paling bnyk dikoreksi oleh pihak
editor dan kiranya apa trik bh saya penulis pemula agar bs meminimalisir hal
itu? Trimksh
P15
Selamat sore pak Ukim, saya grefer pollo
dari kupang NTT. Berdasarkan pengalaman bapak pribadi, apa kelebihan dan
kekurangan jika penulis sebagai editor dari tulisannya dan orang lain (bukan
penulis) sebagai editor? Terima kasih.
P16
Salam sejahtera pak Ukim. Saya mempunyai
pengalaman yang mirip dengan bapak Ukim. Bedanya pada konteks dan kondisi.
Saya berada di pedesaan pedalaman Timor
yang akses ke penerbit tidak sama. Penerbit di Kota Kupang yang saya temui
pertama kali untuk mengantarkan apa yang kira-kira idem dengan milik pak Ukim,
Menghimpun yang Berserak;
Punyaku kusebut, Catatan Seorang Guru
Daerah Terpencil.
Mula-mula pimpinan penerbit tidak percaya
kalau saya penulisnya, berhubung yang saya bawa itu fotokopian dari
potongan-potongan koran dimana opini-opini saya diterbitkan.
Beruntungnya, saya punya Kartu anggota
PGRI. Saya tunjukkan. Ia percaya bahwa saya guru, namun kelihatan pula
keraguannya. Saya harus menjelaskan berulang. Nah, saya sadar. Saya datang dari
kampung. Tampilan memang kampungan, tidak nampak wajah sebagai penulis., Belum
lagi penilaian apakah saya berdompet.
Semua itu saya alami. Akhirnya melalui
proses panjang berbelit, buku pertama terbit tahun 2015, minta Penerbit
sekaligus yang punya percetakan menggandakan sebanyak 200 eksemplar.
Nah, kesulitan lain muncul. Masyarakat
pendidikan kami (mungkin daerah lain berbeda dengan kami di pedesaan), belum
punya kebiasaan membaca. Mana mungkin membeli buku apalagi dari penulis kelas
kampung.
Itu romantikanya saya merambah dunia
kepenulisan secara otodidak.
Hari ini bapak Ukim berbagi pengalaman,
saya ingin bertanya,
Bagaimana bapak membangkitkan minat baca
lingkungan sekitar bapak?
Roni Bani _Kab Kupang
P17
Sri sulastri dr SMKN 2 Bojonegoro, Jatim.
Kenapa editor ada yg TDK mengedit naskah buku?
P18
Assalamu'alaikum. Saya Uri dari Majalengka
Jawa Barat, ingin menanyakan kepada Bapak, "Apakah setiap buku yang kita
ajukan untuk diterbitkan selalu diawali dengan inteview terlebih dahulu?"
Trima kasih.
P19
Assalamualaikum. Mrbams... Saya ika
siswati dari tangerang.. Maubertanya kepada bp. Ukin mengenai sistem kerja sama
yang saya baca di power point,... Di situ d tuliskan bahwa sistem kerja sama
itu ada royalti dan pembelian naskah....
Boleh dijelaskan mengenai pembelian naskah
pak...terima kasih...
P20
Saya Rachmi dari Banyuwangi. Jujur saya
gagap menulis artinya masih harus belajar banyak hal spt sekarang mengikuti
belajar menulis, saya punya keinginan awal bisa menulis di buletin...apakah ada
syarat2 khususnya?
P21
Assalamu'alaikum. Saya Suminar dari
Tangerang. Mohon maaf kepo, untuk memotivasi diri saya, sejak kapan bapak
mencurahkan ekspresi diri dalam tulisan sehingga menjadikan menulis adalah
kebutuhan. Dan di media apa saja bapak mengawali menulis.
Terima kasih
Kesimpulan:
1. Menulis
merupakan ekspresi pribadi saya. Menulis adalah kebutuhan. Saya merasa
menemukan lebih tentang "saya" dengan menulis.
2. Kita
akan mendapatkan ilmu pengetahuan lebih ketika menjelaskan tentang tim yang
akan menyebabkan sebuah karya saya dapat dinikmati orang banyak.
3. Peran
penulis adalah mengusahakan sebuah buku agar dapat dinikmati orang lain.
4. Kriteria
buku yang dianggap layak untuk diterbitkan. Khususnya terkait buku mata
pelajaran, biasanya mereka mencari buku:
(1) menunjukkan
penggunaan pendekatan baru;
(2) lebih
lengkap;
(3) penulisnya
memang berkualifikasi luar biasa;
(4) Naskah
renyah (enak dibaca); dan diutakan dari hasil penelitian lembaga-lembaga
pendidikan terbaik.
5. Mulailah
menulis dengan membaca buku-buku yang diduga akan mirip ekspresi bentukannya
seperti buku yang akan dibuat. Ketika kita datang ke perpustakaan atau toko
buku, kita membaca untuk mendapatkan inspirasi.
6. Penulis
yang baik memang pembaca yang baik. Banyak-banyaklah membaca sehingga akan
mampu menulis.
0 komentar:
Posting Komentar